Mengenal Budaya Sekitar : Wayang Golek

Yosep Putra
3 min readJul 3, 2021

--

Memiliki tempat tinggal dan besar di ibu kota daerah masyarakat sunda menjadi daya tarik sendiri. Banyak masyarakat sunda yang masih terus mendukung pelestarian budaya dalam acara keseharian mereka. Makanan khas daerah sunda yang masih banyak diproduksi dan dipasarkan dimana-mana. Bahasa sunda yang menjadi bahasa kebanggaan daerah yang juga masih dengan bangga masyarakat sunda sendiri pakai dalam keseharian. Hingga karakter dalam bertata-krama yang terus dijaga secara turun temurun.

Tak hanya itu, pada acara besar ataupun acara lokal dengan tema kebudayaan, banyak ditampilkan pertunjukan-pertunjukan kebudayaan. Ada pertunjukan musik dengan berbagai alat musik tradisional khas sunda. Ada juga pertunjukan bela diri dengan menggunakan baju adat dilengkapi senjata tradisional juga kerap dipertontonkan. Namun di sini penulis ingin membahas salah satu pertunjukan terkenal yang masih kerap kali dipertontonkan kepada masyarakat hingga saat ini di daerah sunda yaitu wayang golek.

Dari salah satu kata pembentuknya sendiri, wayang banyak orang artikan sebagai boneka, gambar, tiruan dari manusia, tokoh/pemain dalam suatu pertunjukan/sandiwara. Sedangkan wayang golek adalah wayang yang terbuat dari kayu dan berkembang pada masyarakat sunda.

Dari rekam jejaknya, wayang golek sendiri berasal dari wayang kulit, yaitu wayang yang berkembang didaerah jawa tengah. Dahulu wayang kulit ditampilkan pada malam hari dengan sinar di belakang layar, sehingga bayangan pergerakan wayang dapat disaksikan oleh penonton. Namun saat itu juga menginginkan wayang dapat ditampilkan pada siang hari.

Setelah tersebarnya wayang kulit oleh para wali songo pada jaman kerajaan islam hingga ke daerah sunda, banyak tokoh yang mengubah pertunjukan wayang menggunakan boneka sederhana agar dapat ditampilkan pada siang hari. Setelah itu akhirnya digunakanlah bahan kayu untuk membuat wayang dan disebut sebagai wayang golek hingga hari ini.

Wayang golek sendiri selain sebagai sarana hiburan, juga merupakan sebuah sarana edukasi karena dengan beberapa tokoh wayang golek dapat diterapkan berbagai macam cerita yang memiliki moral dan pelajaran yang baik. Salah satu tokoh wayang golek terkenal di masyarakat sunda adalah Si Cepot, ditampilkan sebagai wayang golek berpakaian nuansa sunda yang kental dengan muka khasnya yang berwarna merah.

Kebudayaan secara umum merupakan perpaduan unsur 3T yaitu, Tatanan, Tuntunan, dan Tononan. Kebudayaan wayang golek sendiri menurut unsur tontonan sudah jelas kita mendapatkan tontonan edukatif maupun hiburan dari pertunjukan wayang golek tersebut.

Alur cerita yang diceritakan pada pertunjukan wayang golek umumnya memiliki pesan moral tersendiri hal tersebut tentunya merupakan tuntunan bagi para penikmat alur cerita yang diceritakan dalam pertunjukan wayang.

Saat ini wayang golek juga sering dimanfaatkan dalam memvisualisasikan keadaan masyarakat, hal ini banyak dilakukan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politik dalam hal protes kepada pemerintah dan pemimpin masyarakat, agar mereka dapat melihat dengan lebih jelas bagai mana keadaan masyarakat yang mereka pimpin. Tentu saja tak hanya bisa menjadi sarana untuk mengangkat isu namun juga dapat untuk menjadi sarana visualisasi solusi mengenai sistem masyarakat yang masih buruk. Hal-hal tersebut tentu saja dapat menjadi acuan tatanan bagi masyarakat.

Nama : Yosep Putra S

Nim : 16720254

#Mengbudaya

#KATITB2021

sumber:

https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-wayang-golek

--

--

Yosep Putra
Yosep Putra

No responses yet